Sixth Sense [Part 3]


Title              : Sixth Sense [Part 3]

Author         : Siskha Sri Wulandari/@SiskhaSri/ssiskha.wp.com

Cast               : Park Eun Soo [OC]

                        : Do Kyung Soo [EXO K]

                        : Byun Baekhyun [EXO K]

                        : Wu Yifan/Kris [EXO M]

Support cast   : EXO

Genre              : Romance, School Life, family, angst, mistery

Length            : Chapter/Threeshoot

~~~

            Eun Soo berpura-pura tidak menyadari tatapan menyelidik teman-temannya. Ia terlalu lelah dengan tatapan itu. Ia merasa saat ini ia sedang menjadi titik fokus gosip seantero sekolah. Tidak perlu diragukan lagi bahwa kemampuannya ini hanya akan membebani. Ia sudah membantu Hyerin, ia sudah tidak membutuhkan kemampuan ini. Ia berharap kemampuannya bisa dicabut, ia benar-benar terusik.

            “Aku istirahat duluan.” Eun Soo segera mengambil botol air mineralnya dan berlalu. Sekarang ia tidak punya teman. Jihyun? Ia selalu menatap Eun Soo ketakutan. Kris? Ia tahu bahwa laki-laki itu masih terus memperhatikannya dari jauh, tapi tidak pernah mendekat. Mungkin hanya mengawasi kalau-kalau penyakit aneh yang sudah dicap oleh teman-temannya sewaktu-waktu akan kambuh.

            Eun Soo membuka pintu lokernya dengan paksa. Ia kesal tapi tidak tahu bagaimana harus melampiaskannya. Bodoh jika ia memutuskan untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Tidak akan ada yang mempercayainya. Hanya akan memperkuat asumsi bahwa ia sudah tidak waras.

            Ia mengambil handuk di dalam loker. Dulu, saat sedang berlatih cheers adalah saat yang paling disukainya. Semua teman-temannya begitu menyenangkan dan melepaskan penat setelah belajar. Tapi sekarang saat-saat seperti itu adalah saat yang paling ia benci, semua karena tatapan itu. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengembalikan nama baiknya.

            “Masih menyimpan perasaan pada Kris rupanya. Hmm, sebaiknya kau lupakan saja laki-laki jangkung itu.”

            Mendengar suara tersebut, Eun Soo menutup pintu loker dan di sampingnya sudah berdiri seseorang yang tidak dikenalnya. Ia sama sekali tidak terkejut, ia sudah cukup sering mengalaminya. Ia mendesah. Ia benci disaat-saat makhluk-makhluk halus itu mendatanginya. Ia memperhatikan laki-laki berkepala bulat dan bermata tajam tersebut, sepertinya laki-laki yang ia lihat sebelumnya di lapangan basket.

            Laki-laki itu tampak menilai Eun Soo dari atas sampai bawah dan kemudian menyeringai. “Kau tahu apa yang dilihat dari laki-laki spesies Kris pada gadis sepertimu?” Laki-laki itu menatap Eun Soo intens.

            Ia malas membahas Kris. Kenapa semua orang selalu suka membahas Kris. Kyung Soo dan juga hantu bermata panda ini. Apa Kris sepopuler itu, bahkan di kalangan hantu bermata panda tersebut?

            “Aku sedang tidak mau membahas hal itu. Aku lelah, biarkan aku pergi.”

            Laki-laki itu mendekati Eun Soo sampai-sampai Eun Soo harus sedikit mundur karena jarak mereka yang begitu dekat. Tiba-tiba laki-laki itu mendorong Eun Soo. Ia meringis karena menabrak pintu loker.

            “Apa yang kau—“

            Eun Soo mendelik saat laki-laki itu merentangkan kedua tangannya dan mengunci dirinya. Eun Soo panik, ia takut hantu tersebut bermaksud merasukinya. Belum sempat melakukan perlawanan laki-laki itu mengangkat dagu Eun Soo dengan kasar dan mendekatkan wajahnya pada wajah Eun Soo. Eun Soo berusaha melepaskan diri tapi cengkraman laki-laki itu pada wajahnya begitu kuat. Laki-laki itu menatap Eun Soo, memperdekat jarak mereka. Eun Soo benar-benar panik. Di saat bibir mereka hampir bertemu, laki-laki itu menyeringai dan tiba-tiba dia sudah bersandar di samping Eun Soo.

            “Itulah yang akan Kris lakukan padamu, nona. Dia hanya melihatmu dari fisik. Lupakan saja laki-laki seperti itu. Kenapa tidak mencoba seorang yang lebih baik-baik saja? Mungkin dia memang sedikit nerd. Tapi percayalah padaku bahwa ia laki-laki baik. Ia akan menghargaimu sebagai wanita. Lagipula ia begitu tulus padamu.” Laki-laki itu menjelaskan dengan sangat antusias.

            Eun Soo berusaha mengatur napasnya yang masih tidak beraturan, ia masih terlalu shock dengan perlakuan laki-laki itu. Apa lagi kali ini. Apa yang sedang dibicarakan hantu tidak sopan ini.

            “Apa yang kau bicarakan tuan?” Eun Soo menaikkan nada bicaranya.

            “Tidakkah kau menyadarinya? Atau memang tidak mau menyadarinya? Di saat semua orang menjauhimu siapa yang satu-satunya bertahan tetap mau mendekatimu? Saat ini, siapa lagi yang selalu mengkhawatirkanmu kalau bukan dia?”

            “Siapa yang kau maksud dengan DIA?” Eun Soo menekankan kata dia. Ia sangat kesal pada hantu cerewet tersebut.

            “Aigoo, aigoo, aigoo. Apa ada orang lain yang memperhatikanmu selain DIA, nona?” Laki-laki itu membalas perbuatan Eun Soo.

            “Maksudmu Kyung Soo? Astaga, kami hanya teman—“

            “Teman sekelas? Memangnya kenapa kalau teman sekelas? Apa teman sekelas tidak boleh jatuh cinta pada teman sekelasnya? Kenapa kau terlalu mempermasalahkan posisi kalian yang hanya sebagai teman sekelas.”

            “Ck, maksudku bukan begitu. Kami tidak akrab.”

            “Apa kau tidak pernah mendengar istilah menyukai diam-diam?”

            “Maksudmu Kyung Soo menyukaiku?”

            “Binggo!” Laki-laki itu menyentil dahi Eun Soo. “Kenapa baru mengerti sekarang?” Kesalnya.

            “Kau ini benar-benar menyebalkan ya. Sudah cerewet sok tahu lagi.”

            “Ya! Kau tidak percaya padaku! Astaga, kau ini buta atau apa. Semua orang sadar bahwa Kyung Soo saat ini selalu berusaha mendekatimu. Eh, sebentar lagi Kris datang, kalau kau tidak mau ia memperlakukanmu seperti tadi sebaiknya kau segera pergi.” Laki-laki itu mendorong-dorong Eun Soo agar pergi.

            “Eun Soo.” Kris kini sudah berdiri di hadapan Eun Soo.

            “Phali!” Laki-laki itu masih saja mendorongi Eun Soo.

            “Cerewet!” Karena kesal Eun Soo malah berteriak. Kris tersentak, ia tidak menyangka bahwa Eun Soo akan meneriakinya. Ia heran bagian mana dari kata-katanya yang bisa dikategorikan cerewet. Bukankah tadi ia hanya memanggil namanya saja.

            Karena tidak mau diganggu oleh hantu itu lagi, Eun Soo memutuskan untuk pergi dan mengabaikan Kris. Bukankah ia juga tidak mau bertemu dengan Kris. Namun Kris menahan lengannya dan menariknya dengan paksa.

             “Pergilah Eun Soo.” Laki-laki itu berbisik tepat di telinga Eun Soo.

            Eun Soo menghela napas. Dengan sekali sentakan ia melepaskan tangan Kris. Ia tidak menyangka bahwa apa yang dikatakan oleh hantu itu adalah benar. Jika laki-laki itu bisa megetahui apa yang akan terjadi mungkin perkataannya tentang Kyung Soo tadi adalah benar. Tapi ia terlalu malas untuk menanggapinya.

~~~

            “Harusnya, kau membayarku mahal untuk semua informasi ini.”

            Eun Soo masih mengabaikannya, berpura-pura tidak mendengar.

            “Ya! Ya! Ya! Kau tidak tahu apa-apa tapi aku selalu memberitahumu. Kau harus mendengarkanku.”

            Eun Soo malah berlari semakin kencang.

            “Laki-laki yang bernama Baekhyun itu tidak seperti yang kau pikirkan.”

            Eun Soo mendengus. Ia tidak peduli pada apa saja yang dikatakan oleh laki-laki itu. Apapun yang diketahui olehnya ia tidak peduli dan tidak mau peduli.

            “Banyak orang yang tidak sadar kalau mereka sudah mati.”

            Eun Soo masih berlari, tidak mengindahkan teriakan teman-temannya dan suara peluit guru olahraga. Ia tidak sadar bahwa ia sudah menyelesaikan putaran terakhir namun tetap berlari karena terus diusik oleh laki-laki itu.

            “Termasuk Baekhyun.” Ujar laki-laki itu pelan setelah mendapatkan sedikit perhatian dari Eun Soo.

            Eun Soo berhenti dan mengatur napas. Ia memandang ke sekeliling, semua temannya masih meneriakinya agar berhenti berlari. Ia baru merasa lelah dan terduduk begitu saja di tengah lapangan. Ia merasa tubuhnya begitu lemah dan ringkih. Bukan hanya saja karena mendengar kenyataan mengenai Baekhyun tapi juga karena ia baru sadar bahwa ia sudah mengelilingi lapangan sebanyak enam kali. Ia benar-benar merasa sangat lelah dan shock di saat yang bersamaan.

            “Kau harus menolongnya.” Ujar laki-laki itu dan kemudian menghilang.

            “Menolong? Itu artinya setelah aku menolong Baekhyun maka kami tidak akan bertemu lagi?” Batin Eun Soo. Tiba-tiba ia merasa pipinya memanas. Mungkin selama ini Baekhyun tidak diabaikan oleh keluarganya, hanya saja ia tidak sadar bahwa ia sudah tidak terihat lagi oleh mereka.

            “Eun Soo kau baik-baik saja?” Kyung Soo tergesa-gesa menuju tempat Eun Soo. Kyung Soo meraih kaki dan lengan Eun Soo, bermaksud untuk menggendongnya.

            “Lepaskan! Lepaskan aku!” Eun Soo memberontak dan saat itu juga air matanya turun.

            “Ada apa denganmu?” Kyung Soo menyibakkan poni Eun Soo yang menghalangi wajahnya. “Kau terluka?” Kyung Soo memeriksa kaki Eun Soo saat menyadari gadis itu menangis.

            “Pergi, aku bilang pergi!” Saat ini ia sedang tidak ingin dibantu oleh siapapun. Ia hanya ingin sendiri dan menyakinkan dirinya sendiri bahwa ia bisa menerima kenyataan mengenai Baekhyun.

            Dengan segera Eun Soo berdiri dan berlari meninggalkan Kyung Soo. Ia tidak mempedulikan teriakan Kyung Soo. Ia harus segera memastikan semua ini. Ia harus memastikan bahwa Baekhyun memang seperti yang dipikirkannya.

            “Kau mau kemana?” Kris tanpa sengaja berpapasan dengan Eun Soo yang tengah berlari di koridor.

            Eun Soo berhenti sejenak, mengatur napas dan merasa ada yang kurang. Ahh, dompet. Terlalu jauh jika harus memutar ke kelasnya.

            “Dompet! Berikan dompetmu!” Paksa Eun Soo.

            Kris mengernyitkan dahi. Dompet? Kenapa tiba-tiba Eun Soo meminta paksa dompetnya. Bahkan gadis matre sekalipun tidak pernah secara terang-terangan meminta dompet, ia sadar bahwa Eun Soo sekarang benar-benar berbeda.

            “Kris!” Bentak Eun Soo.

            Terburu-buru Kris mengeluarkan dompet dan memberikannya pada Eun Soo. Ia bahkan tidak mengerti kenapa ia mau menyerahkan dompetnya pada Eun Soo. Melihat gadis tersebut panik seperti tadi membuatnya sedikit ketakutan dan semakin yakin bahwa Eun Soo memang benar-benar berbeda.

~~~

            Tujuan pencarian pertama Eun Soo adalah SMA Yonggi. Satu-satunya hal yang ia ketahui mengenai identitas Baekhyun. Sesampainya di sana, ia segera berlari menuju pos security, sesegera mungkin memastikan bahwa Baekhyun memang bersekolah di sekolah elite tersebut.

            “Maaf, ada yang bisa saya bantu?” Security menyembulkan kepalanya dari balik pos jaga.

            “Apa kau mengenal siswa bernama Byun Baekhyun?” Tanya Eun Soo buru-buru.

            “Byun Baekhyun?” Ulang security tersebut, nama itu tidak terdengar asing baginya.

            “Iya, Byun Baekhyun. Dia siswa kelas tiga. Apa kau mengenalnya? Kalau tidak bisakah kau memastikan bahwa ia bersekolah di sini?” Desak Eun Soo.

            Security tersebut tampak berpikir, berusaha mengingat-ingat nama siswa yang seperti tidak asing baginya.“Tentu saja ia siswa di sekolah ini.” Jawabnya mantap.

            “Bisakah kau mempertemukan aku dan dia?”

            “Haah? Kau bercanda.”

            “Ini sangat mendesak.”

            “Apa kau tidak tahu kalau dia sudah meninggal sebulan yang lalu?”

“Banyak orang yang tidak sadar kalau mereka sudah mati.” Kalimat laki-laki itu terngiang-ngiang di benak Eun Soo. Ternyata laki-laki itu benar. Baekhyun memang tidak seperti yang ia bayangkan. “Termasuk Baekhyun.”

“Kau temannya? Apa kau benar-benar tidak mengetahuinya? Ia meninggal karena terlalu lelah belajar dan stress untuk mengikuti ujian masuk Universitas. Ia terlalu memaksakan diri. Kasihan sekali anak itu. Untuk bisa menjadi mahasiswa hukum memang tidak mudah, tapi seharusnya ia tidak terlalu memaksakan diri. Ia sering sekali pulang larut malam hanya untuk belajar. Ia sempat koma selama satu minggu. Bersaing memang hal yang paling mengerikan di Korea.”

Eun Soo tidak mau mendengar penjelasan security tersebut, ia tidak mau mendengarnya tapi ia masih bisa mendengarnya. Kenapa ia baru menyadarinya sekarang, kenapa ia baru sadar kalau Baekhyun bukan manusia, kenapa ia tidak bisa membedakannya? Apa karena Baekhyun sendiri juga tidak menyadari kematiannya? Ia membenci kemampuan ini. Ia membenci Hyerin. Ia membenci Baekhyun dan ia membenci perpisahan.

Seharusnya ia tidak mengenal orang-orang mati itu. Seharusnya ia tidak pernah mempedulikan masalah Hyerin maupun Baekhyun. Seharusnya ia hidup normal. Menikmati masa-masa menyenangkan di SMA, bersenang-senang bersama Kris, Jihyun juga yang lainnya. Kalau saja ia tidak memiliki kemampuan ini ia tidak akan pernah kehilangan apa-apa.

Eun Soo mengerang. Ia tidak tahu bantuan apa yang harus ia berikan pada Baekhyun. Haruskah ia mengatakan. Baekhyun, sebenarnya kau sudah tiada. Kalimat itu terdengar begitu bodoh. Baekhyun tidak pernah terabaikan.

~~~

            Kyung Soo benar-benar pusing harus mencari Eun Soo kemana lagi. Ia tidak membawa apa-apa. Tasnya ia tinggal dan ponselnya tidak ia bawa. Satu-satunya benda yang ia bawa hanya dompet Kris, bagaimana bisa ia menghubungi gadis itu.

            Ia buru-buru keluar dari mobil saat melihat seseorang sedang duduk di halte seorang diri. Kyung Soo mempertajam penglihatannya, memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Ia buru-buru menghentikan mobilnya dan tergesa-gesa keluar.

            “Eun Soo!” Panggil Kyung Soo. Ia sangat bersyukur karena akhirnya bisa menemukan gadis itu. Tanpa pikir panjang ia langsung memeluk Eun Soo yang keadaannya begitu berantakan. Rambutnya yang dikuncir kuda sudah hampir tidak terikat lagi sebagian.

            Eun Soo bergeming, tidak memberikan respon apa-apa.

            “Sesuatu yang buruk terjadi padamu?”

            Eun Soo mengangkat kepala. Ia tidak menangis, bukan, hanya saja belum menangis. Melihat Kyung Soo, Eun Soo tiba-tiba menangis. Tidak ada satu patah katapun yang dikeluakannya di sela-sela tangisannnya. Ia terus terisak.

            “Apapun yang terjadi padamu, aku akan tetap bersamamu.” Kyung Soo menenggelamkan kepala Eun Soo di dalam dadanya. Ia tidak tahu masalah apa yang sedang terjadi pada Eun Soo. Menanyakan apa yang terjadi mungkin harus ditundanya. Eun Soo butuh menenangkan diri.

“Kau tahu apa yang dilihat dari laki-laki spesies Kris pada gadis sepertimu?”

“Tidakkah kau menyadarinya? Atau memang tidak mau menyadarinya? Di saat semua orang menjauhimu siapa yang satu-satunya bertahan tetap mau mendekatimu? Saat ini, siapa lagi yang selalu mengkhawatirkanmu kalau bukan dia?”

“Teman sekelas? Memangnya kenapa kalau teman sekelas? Apa teman sekelas tidak boleh jatuh cinta pada teman sekelasnya? Kenapa kau terlalu mempermasalahkan posisi kalian yang hanya sebagai teman sekelas.”

“Apa kau tidak pernah mendengar istilah menyukai diam-diam?”

“Laki-laki yang bernama Baekhyun itu tidak seperti yang kau pikirkan.”

“Banyak orang yang tidak sadar kalau mereka sudah mati.”

“Termasuk Baekhyun.”

“Kau harus menolongnya.”

            Semua apa yang dikatakan oleh laki-laki itu terputar ulang di dalam pikiran Eun Soo. Terputar, dan terus terputar. Ternyata, ia memang tidak mengetahui apa-apa.

~~~

            “Hari ini aku akan melihat tempat ujianku, mau ikut bersamaku?”

            “…”

            “Kenapa diam saja? Kau marah padaku? Atau kau sedang kesal pada Kris yang masih menjauhimu? Atau mungkin karena Jihyun yang ternyata bukan seorang teman seperti yang kau harapkan? Atau, jangan-jangan Kyung Soo sudah tidak menyukaimu lagi? Ahh, tapi tidak mungkin. Kyung Soo tidak mungkin semudah itu tidak menyukaimu. Eh, atau kau baru saja menerima pernyataan cinta darinya?”

            “Aku membencimu.”

            “…”

            “Aku membencimu, Hyerin dan kemampuan ini.”

            “Apa aku melakukan sesuatu yang salah padamu?”

            “Mungkin, cara agar kau didengarkan oleh keluargamu adalah berbicara ketika mereka sedang tertidur, mereka pasti mendengarmu.” Eun Soo berusaha keras untuk tidak menangis. Ia benci bertransformasi menjadi gadis cengeng. “Katakan kalau kau menyukainya. Katakan hal itu juga saat ia sedang tidur, ia pasti mendengarkanmu. Hubungan kalian tidak akan menjadi canggung.”

            “Eun Soo,–“

            “Kau tidak pernah diabaikan, hanya saja kau tidak menyadari bahwa kau sudah tidak terlihat lagi oleh mereka. Orangtuamu sangat menyayangimu.”

            “Eun Soo, aku—“

            “Aku juga menyayangimu. Aku janji akan rajin mengunjungimu.” Eun Soo berdiri, tidak mau memandang Baekhyun, ia tidak sanggup melakukannya.

            Baekhyun masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Eun Soo. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing, rasanya ia ingin sekali menemui orangtua dan kakaknya. Ia berlari, berusaha secepat mungkin bertemu mereka.

            Sesampainya di rumah ia melihat ayahnya tidak ada di rumah, mungkin masih berada di kantor. Ibunya, seperti biasa masih berada di sudut jendela sambil menyeruput teh hangat. Hal yang selalu dilakukannya bersama ibunya, dulu. Ia berlari menuju kamar kakaknya dan segera membukanya. Masih sama seperti sebelumnya, terus belajar.

            Baekhyun berjalan ragu menuju kamarnya sendiri yang berada tepat di samping kamar kakaknya. Kekhawatiran menyelimutinya. Terkunci. Ia merogoh saku celananya, mencari kunci kamarnya sendiri. Tidak ada. Ia kehilangan kunci kamarnya atau ia yang tidak memilikinya.

            Baekhyun memegang kepalanya. Tiba-tiba seperti reka ulang ia bisa melihat dirinya dibawa ke ruang gawat darurat masih lengkap dengan seragam sekolah. Hidungnya berdarah. Harusnya itu bisa menjadi mimisan atau akibat kelelahan biasa. Tapi ia begitu tertekan, tersiksa dan seolah tidak memiliki alasan untuk memperjuangkan hidupnya.

Ia mungkin masih bisa selamat, kalau mau berjuang. Koma selama satu minggu. Setelah sadar, ia merasa tidak ada yang perlu dipertahankan dari kehidupannya. Ia sengaja meminum racun itu. Keluarganya merahasiakannya pada semua orang, demi nama baiknya.

“Aku membencimu.”

“Aku membencimu, Hyerin dan kemampuan ini.”

“Mungkin, cara agar kau didengarkan oleh keluargamu adalah berbicara ketika mereka sedang tertidur, mereka pasti mendengarmu. Katakan kalau kau menyukainya. Katakan hal itu juga saat ia sedang tidur, ia pasti mendengarkanmu. Hubungan kalian tidak akan menjadi canggung.”

“Kau tidak pernah diabaikan, hanya saja kau tidak menyadari bahwa kau sudah tidak terlihat lagi oleh mereka. Orangtuamu sangat menyayangimu.”

            Baekhyun segera turun ke lantai dasar. Melihat fotonya terpajang di ruang tamu. Ia baru sadar bahwa ia memang tidak pernah diabaikan.

~~~

            “Ige, uangmu sudah aku ganti.” Eun Soo menyerahkan dompet milik Kris.

            “Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kau tahu kami semua mengkhawatirkanmu?”

            Eun Soo tersenyum merendahkan, setelah sekian lama Kris baru menanyakan keadaannya. “Apa dengan aku memberitahumu, kau akan mempercayaiku? Atau malah semakin meyakinkanmu bahwa aku sudah tidak waras?” Eun Soo tertawa kecut.

            “Apa kau menyukai Kyung Soo?”

            “Apa urusanmu?”

            “Hanya merasa tersinggung. Bisa-bisanya setelah meletakkan standard yang tinggi padaku, sekarang kau malah mempermalukan dirimu sendiri dengan menyukai laki-laki seperti itu.” Jawab Kris kalem, tanpa rasa bersalah sama sekali.

            “Siapa yang sebenarnya standard tinggi itu? Kau atau dia? Setidaknya dia adalah laki-laki baik-baik.”

            “Kau pikir aku bukan laki-laki baik-baik?”

            “Molla, tapi aku rasa kau adalah laki-laki yang suka memojokkan wanita ke dinding.”

            “Eun Soo, kenapa kau sekarang seperti memusuhiku?”

            “Siapa yang memulai? Kau yang menjauhiku dan aku terima itu. Kau mencampakkanku, aku juga menerimanya. Aku membiarkanmu tetap berpikir seperti apa yang ingin kau pikirkan tentang diriku. Kenapa masih selalu menyalahkanku?”

            “Eun Soo, a—“

            “Tuan Wu Yifan. Kau memang tampan dan idaman semua wanita, tapi maaf aku sudah tidak menyukaimu lagi.” Ujar Eun Soo kesal. Ia sudah tidak peduli lagi terhadap Kris. Dia memang laki-laki baik, tapi mungkin hanya pada orang-orang yang menurutnya sesuai dengan standardnya.

            “Daebaaak! Kau benar-benar keren! Keren!”

            “Jinjaa, sudah aku bilang jangan mengikutiku!”

            “Aku suka bau parfummu, seperti cologne bayi, aku jadi merasa muda lagi.” Hantu laki-laki yang bernama Tao itu bergelayut manja di lengan Eun Soo.

            Eun Soo memutar bola matanya. “Aku akan menggantinya besok.”

            “Anio! Kyung Soo juga sangat menyukai parfummu!”

            “Berisik! Berhenti menyebut Kyung Soo ini, Kyung Soo itu. Aku bosan mendengarnya!”

            “Tapi—“

            “Kalau kau bicara lagi, akan aku bakar tempat persembunyianmu.”

            “Astaga, kau lebih kejam daripada ibu tiri. Seharusnya orang seperti Kyung Soo tidak menyukai wanita kejam sepertimu!”

~~~

            Eun Soo masih sibuk bermain game di ponselnya saat merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Ia menoleh sebentar, memastikan siapa yang datang. Seperti yang ia duga. Pasti Tao. Eun Soo menoleh lagi saat tidak mendengar ocehan Tao seperti biasanya. Ia mendapati Tao sedang menatapnya. Ternyata, meski sedang diam hantu itu tetap saja menyebalkan.

            “Chukae.”

            “Apa?”

            “Chukae.”

            “Apanya yang selamat?” Kesal Eun Soo.

            Eun Soo mendongak, kali ini Kyung Soo. Seperti biasa teman sekelasnya itu selalu tersenyum manis padanya.

            “Boleh aku duduk?”

            Eun Soo melihat Tao beranjak dari duduknya dan kemudian mengangguk pada Kyung Soo.

            Saat ini tidak ada yang bisa mereka bicarakan. Tidak ada kesalahan yang ia perbuat sehingga membuat Kyung Soo harus menasihatinya ataupun keanehan dimana Kyung Soo akan selalu mengkhawatirkannya. Begitu hening. Kini Eun Soo sadar bahwa ia selalu merasa nyaman ketika bersama Kyung Soo.

            “Apakah kau menyukaiku?”

            Kyung Soo menoleh cepat. Eun Soo masih sibuk dengan ponsel, sama sekali tidak menatapnya.

            “Ehh?” Kyung Soo merasa sangat canggung ketika mendengar Eun Soo menanyakan hal itu dengan begitu santai.

            “Kalau suka, bilang suka. Kalau nggak, bilang nggak. Jangan suka yang nggak-nggak.” #Sarap

Ralat

            “Kita harus memperjelas semuanya, agar tidak ada lagi pihak yang selalu bersemangat mencampurinya.” Eun Soo melirik Tao yang duduk di lengan kursi sambil tersenyum-senyum menyebalkan.

            Kyung Soo diam, tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Ia memang menyukai Eun Soo tapi ia tidak pernah memikirkan cara untuk menyatakan perasaannya pada gadis itu. Selama ini yang selalu ia perjuangkan hanyalah memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.

            Eun Soo menghela napas, sudah ia duga bahwa ia dan Kyung Soo memang hanya akan menjadi teman sekelas, tidak ada yang namanya menyukai diam-diam. Dadanya terasa sesak, ia merasa kecewa. Tanpa ia sadari selama ini ia selalu suka saat Tao menggodanya. Terasa menyenangkan meski ia selalu menunjukkan rasa kesal. Tapi sekarang dengan memastikannya sendiri dan mengetahui hasil yang seharusnya membuatnya senang justru ia merasa kecewa.

            “Anio, aku tidak menyukaimu.”

            Jantung Eun Soo seperti berhenti berdetak. Tao dan Baekhyun salah. Perkiraan kedua orang itu salah. Eun Soo berpura-pura bersikap santai, ia tidak akan menunjukkan kekecewaannya di hadapan Kyung Soo.

            “Aku memang tidak menyukaimu tapi mencintaimu.” Sambung Kyung Soo.

            Eun Soo menatap Kyung Soo tidak percaya. Lagi-lagi wajah itu tersenyum. “Lantas apa yang akan kau lakukan setelah mengetahuinya?”

            “Seharusnya aku tidak melakukan apa-apa.”

            Kyung Soo terkekeh. “Apa kau juga memiliki perasaan yang sama terhadapku? Mau mencoba menjalin hubungan lebih dari sekedar teman sekelas?” Tanya Kyung Soo basa-basi. Ia cukup sadar diri bahwa gadis seperti Eun Soo tidak mungkin menyukai seorang kutu buku seperti dirinya.

            Eun Soo menutup aplikasi game dan menatap Kyung Soo tidak percaya. Mungkin ia terlambat menyadarinya, tapi ia juga telah terlanjur memiliki perasaan yang sama seperti Kyung Soo. Ia pun mengangguk malu-malu sambil berusaha untuk tidak tersenyum, ia terlalu malu melakukannya.

            “Bwoo? Kau juga menyukaiku? Apa kau sedang demam?”

            Raut malu-malu Eun Soo berubah menjadi ekspresi kesal.

            “Bukankah kau menyukai Kris? Lagipula kau selalu tidak suka jika aku mengkhawatirkanmu? Bagaimana mungkin kau juga menyukaiku? Kau jangan bercanda, aku sedang tidak mau bercanda. Kris—“

            “Bisakah sehari saja kau tidak menjadi laki-laki cerewet Do Kyung Soo. Apa wajahku terlihat sedang bercanda atau mengerjaimu? Aku juga menyukaimu. Apa masih kurang jelas aku mengatakannya? Dan, satu hal lagi, tidak bisakah sekali saja kau tidak menyelipkan nama Kris di dalam pembicaraan kita? Apa kau menyukai Kris?”

            “Jadi kau menyukaiku?” Histeris Kyung Soo. “Jadi sekarang kita adalah sepasang kekasih?” Tanya Kyung Soo antusias.

            “Menurutmu apa arti anggukanku tadi?” Kesal Eun Soo.

            “Joahe, Aku selalu suka kau yang kesal terhadapku.” Tawa Kyung Soo sambil mengelus puncak kepala Eun Soo.

            “Kau tahu, aku tidak pernah salah.” Bisik Tao pada Eun Soo.

~~~

END

Cuap-cuap      : Hahaha, akhirnya FF gaje ini kelar. Karena buat FF ini pas lagi greget-gregetnya sama film Sixth Sense & Part 3 selesainya cukup jauh dari part-part sebelumnya dan udah nggak segreget sebelumnya, jadilah Part garing ini. FF-ini beda jauh sama versi aslinya, cuma ada beberapa kesamaan aja. Di film itu paling suka sama qoutes yang ini :

“Banyak orang yang tidak sadar kalau mereka sudah mati.”

“Mungkin, cara agar kau didengarkan oleh keluargamu adalah berbicara ketika mereka sedang tertidur, mereka pasti mendengarmu. Katakan kalau kau menyukainya. Katakan hal itu juga saat ia sedang tidur, ia pasti mendengarkanmu. Hubungan kalian tidak akan menjadi canggung.”—Dengan perubahan seperlunya.

            Entah kenapa pas liat adegan itu rasanya nyesek. Hahaha. Karena suka sama dua qoutes itu makanya jadilah FF gaje ini, jadi hanya beberapa kejadian aja yang disama-samain. Wkwkwk#Curcol

Gomawo ^^

 

 

 

18 thoughts on “Sixth Sense [Part 3]

  1. anyeong… aku baca ff km di idolfanfiction..
    penasaran makanya aku mampir …
    hehehhe
    aku suka sama ceritanya ,,,
    kenapa berakhir ???? ayo ada lanjutnya yng beginian chingu

    • Annyeong…
      Makasih udah mampir. Hahaha iya sengaja lama di post nunggu apa ada respon dari readernya apa nggak, ternyata ada, senangnya. Hahaha XD
      Udah Happy ending kan chingu 🙂

  2. Annyeong thor, aku udah baca dari part 1, komennya gabung aja yaa… Aku suka banget sama FF ini!!!!!!!! Aaaa! Eun soo hebat punya indra keenam, hyerin baekhyun kasihan’-‘ terus Diooo aaaa biaskuu, dia perhatian banget sama eunsoo.. aku suka bgt FF nya gabisa berkata apa-apa lagi! Good job thor!:)

    • Annyeong, makasi ya udah mampir di blog ini 🙂 iya, gapapa. udah ada yang mau baca aja udah seneng 🙂 Kikiki, do? samaan dong kita biasnya XD. Rekomendasi film, sixth sense 🙂

  3. ah.. daebakk~
    keluarin squelnya dong thor.. cerita tentang setan tao… kan cuma dia doang tuh yang kisahnya belom jelas… 😀

  4. Keren~ Aku gak nyangka ternyata Baekhyun sudah meninggal… Hiks,, pantesan selama ini dia di abaikan… Kalo aku jadi Eun Soo, aku pasti bakal gak bisa nahan nangis pas tau Baekhyun ternyata udah meninggal. Daebak, thor… Ceritanya keren, banget… TT^TT

Give me your love

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.